Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Penjelasan tentang Penyimpangan semu Hukum Mendel. Penyimpangan semu hukum mendel adalah model persilangan (baik mohohibrid atau dihibrid) yang menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan rasio fenotipe yang tercantum dalam hukum mendel 1 dan 2.

Hukum mendel ada 2, yaitu hukum mendel 1 tentang persilangan monohibrid dan hukum mendel 2 yang membahas tentang persilangan dihibrid. Seperti kita ketahui, pada kondisi normal, persilangan monohidrid menghasilkan rasio fenotif 3:1 (jumlah=4) atau 1:2:1 (jumlah 4). Sedangkan persilangan dihibrid menghasilkan rasio fenotif 9:3:3:1 (jumlah 16). 

Namun, pada faktanya di lapangan, tidak semua persilangan baik mohohibrid atau dihibrid menghasilkan rasio seperti diatas. Perbedaan rasio fenotif inilah yang di sebut sebagai penyimpangan semu hukum mendel. Kenapa di sebut semu? Karena meski rasio fenotif yang di hasilkan berbeda, tapi pada dasarnya masih mengikuti aturan hukum mendel, karena jumlah fenotif yang di hasilkan tetap sama.


Ada 6 macam penyimpangan semu hukum mendel, yaitu:

Interaksi alel (Atavisme) adalah peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar gen dominan maupun antar gen resesif.
  1. Polimeri adalah gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi karakter/sifat yang sama
  2. Kriptomeri adalah peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya.
  3. Epitasis adalah peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya.
  4. Hipotasis adalah peristiwa dimana suatu gen dominan ditutupi oleh pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya.
  5. Komplementer adalah bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi untuk memunculkan suatu karakter.

Masing-masing penyimpangan semu mendel diatas menghasilkan rasio fenotif berbeda tapi dengan jumlah tetap sama. 

Berikut contohpenyimpangan semu hukum mendel dan pembahasannya:

1. Persilangan jangung berkulit hitam (HHkk) dan jagung berkulit kuning (hhKK) 

P1 :      HHkk   X    hhKK 
F1 :         16 HhKK

HhKk (jagung hitam) => H dan K dominan, karakter yang muncul Hitam.
Rasio fenotip = tidak ada (semua hitam)

Kesimpulan: Itu artinya hitam  epitasis (menutupi) terhadap kuning atau kuning hipotasis (ditutupi) terhadap hitam.

2. Persilangan Jagung hitam (Hhdengan jangung hitam yang sama-sama F1 dari persilangan terdahulu (P2).

P2:      HhKk     X    HhKk
F2: (HHKK+HHKk+HHkK+HHkk)+(HhKK+HhKk+HhkK+Hhkk)+(hHKK+hHKk+hHkK+hHkk)+(hhKK+hhKk+hhkK+hhkk)

H epitasis terhadap K maka:
H-K / H-kk = Hitam (12)
hhK-= Kuning (3)
hhkk= Putih (1)

Rasio Fenotif yang di hasilkan= 12:3:1